Parenting VOC vs Gentle Parenting

Belakangan, terutama di sosial media, seringkali terjadi perdebatan antar Parenting VOC vs Gentle parenting. Sebenarnya istilah parenting VOC bukan istilah psikologi, tetapi merupakan istilah untuk menyindir gaya pengasuhan lama yang keras dan tanpa kompromi. Gentle parenting lebih ke merujuk cara mengasuh yang lebih menghargai emosi anak, menjalin komunikasi dua arah, serta tetap memberikan batasan, tapi tanpa kekerasan. Lalu mana yang lebih baik?

Mengapa Penting?

Sebelum itu, hal yang harus diperhatikan adalah, anak zaman sekarang hidup di dunia yang berbeda dibandingkan dengan zaman dulu. Saat ini, dunia menjadi lebih kompleks, penuh tekanan, dan membutuhkan kemampuan emosi serta komunikasi yang baik. Sebagai orang tua, kita perlu menyiapkan anak-anak kita untuk menghadapi situasi saat ini yang berbeda dengan zaman dahulu supaya mereka tetap bisa bertahan. Parenting VOC atau bisa juga disebut dengan parenting dengan gaya otoriter akan membuat anak terlihat baik, tapi belum tentu anak itu damai. Bisa jadi diam saja karena takut, dan akan menjadi permasalahan ketika nanti tidak ada sosok otoritasnya. Menjadi sebuah masalah besar adalah ketika anak tidak nyaman bersama orang tua dan tidak mau bercerita sehingga anak akan menghadapi kekompleksan ini sendirian.

Gentle parenting seringkali dipahami dengan salah kaprah dengan membiarkan anak menjadi bebas dan semaunya. Pengasuhan ini justru seharusnya menjadikan orang tua tetap tegas tetapi tidak keras. Gentle parenting bukan soal “lembek”, tapi soal membesarkan anak dengan koneksi emosional dan refleksi, bukan hanya kontrol. Kondisi ini tidak menjadikan harus membuang semua nilai dari orang tua dulu. Beberapa prinsip seperti ketegasan, tanggung jawab, dan sopan santun tetap penting — tinggal cara menyampaikannya yang perlu diperbarui. Kita bisa ambil nilai baik dari parenting gaya lama, dan menyandingkannya dengan pendekatan yang lebih empatik dan ilmiah. Karena pada akhirnya, tujuan kita sama yaitu membesarkan anak yang tidak hanya takut orang tua, tapi juga merasa dicintai dan didengar.

Ditulis oleh

Dr. Ersa Lanang Sanjaya., S.Psi., M.Si.

Fasilitator UC Center for Marriages and Families

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed