3 Karakteristik Gen Z yang Orangtua Perlu Tahu

Generation Z (Gen Z) lahir pada tahun 1997-2012. Mereka terkenal ahli dalam bidang teknologi. Dengan canggihnya teknologi, Gen Z bisa mendapatkan hampir semua yang mereka inginkan. Mengakses informasi pelajaran, video tutorial, isu-isu dunia, hingga berbelanja dapat dilakukan dengan 1x klik..

Parents, keahlian Gen Z di bidang teknologi tidak muncul sendiri. Lingkungan sekitar mereka juga mendorong mereka mengusai teknologi. Saat ini, balita sudah menenal video youtube, dan anak SD sudah belajar dari google. Di masa pandemi apa lagi. Mereka belajar menggunakan video conference, didorong untuk belajar menggunakan komputer, dan mungkin beradaptasi dengan sistem e-learning seperti Google Classroom. Pada Gen Z, teknologi tidak hanya mengubah gaya hidup mereka. Terpapar dengan teknologi juga mengubah karakter, prioritas, hingga cara pandang mereka. Hal ini kerap menjadi sumber konflik antara Gen Z dengan generasi sebelum mereka. Termasuk di dalam keluarga.

Saat ini, Gen Z sudah masuk tahap remaja hingga dewasa awal. Sebagai orangtua, kita mungkin kesulitan memahami anak kita. Demikian juga anak kita kesulitan memahami maksud kita. Sadar atau tidak sadar, perbedaan generasi mempengaruhi kualitas dan cara kita mengasuh. Apa yang dulu efektif diterapkan untuk mendisiplinkan anak, kini mungkin sudah tidak relevan lagi. Apa yang dulunya seru untuk dilakukan bersama keluarga, mungkin sudah dianggap kuno dan tidak menarik untuk anak.

Memahami karakteristik anak dan perkembangan lingkungan sosialnya penting untuk orangtua.  Memahami karakteristik Gen Z akan membantu orangtua menemukan strategi efektif untuk pengasuhan. Apa saja si karakterisik Gen Z yang kita harus tahu?

Karakteristik Gen Z

  1. Mereka menghargai perbedaan, keadilan, dan penerimaan
    Internet memudahkan mereka untuk bertemu dengan orang-orang baru. Termasuk berkenalan dan berteman dengan orang lintas negara. Hal ini membuat mereka jadi lebih terbuka, kaya informasi, dan memiliki wawasan yang luas. Dalam kelompok pertemanan mereka, tidak sedikit Anda akan mendapati orang-orang dengan latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu, rasisme bukanlah masalah yang spele untuk Gen Z. Gen Z menjunjung tinggi toleransi, pluralisme, dan keadilan. Mereka percaya bahwa semua orang adalah sama, dan mereka berhak diperlakukan dengan adil. Mereka cukup vokal dan yakin dengan value ini.
  2. Tertekan, depresi, dan kecemasan
    Berbeda dengan generasi sebelum mereka, Gen Z terbuka dengan kondisi kesehatan mental. Teknologi dan internet tidak datang tanpa resiko. Gen Z rentan membandingkan diri, merasa lebih tertinggal, dan sangat bergantung pada network/ lingkungan sosial mereka. Mereka juga cenderung lebih sensitif pada kegagalan karena sosial media menampilkan hanya yang baik-baik saja. Hal ini sering kali menjadi sumber stress mereka.

    Schroth (2019) mengungkapkan bahwa Gen Z tumbuh dalam pengasuhan yang overprotective, membuat mereka kurang menguasai basic life skill yang dibutuhkan. Seperti bagaimana mengelola stress yang sehat, merespon kritik, dll. Sifat overprotective ini mengganggu perkembangan kecerdasan, semosi, dan sosial anak. Sebagai orangtua, kita perlu mengajari Gen Z bagaimana untuk memimpin diri sendiri, mengembangkan autonomi, memiliki growth mindset, dan tidak takut untuk gagal. Dengan demikian, Gen Z dapat bertumbuh sebagai pribadi, terlepas dari identitas sosial yang mereka miliki.
  3. Mereka bisa fokus dan berkomitmen…jika mereka suka
    Seperti yang sudah kita ketahui, Gen Z terpapar dengan banyak informasi dari internet. Dan tentu saja, hal itu juga membuat mereka memiliki banyak pilihan. Gen Z akan berkomitmen jika apa yang mereka lakukan dirasa berharga, dan tinggal berganti pilihan jika apa yang mereka kerjakan tidak lagi rewarding. Reward menarik untuk Gen Z bisa berupa:
    – Mereka mendapat kesempatan untuk berdampak
    – Mereka mendapat kesempatan untuk mempengaruhi orang lain
    – Memberikan emosi positif

Begitulah, parents. Gen Z memiliki banyak karakteristik lain yang mungkin dapat membuat kita terkejut. Oleh sebab itu, memahami mereka sama pentingnya dengan mendidik mereka.

Referensi:
  • Hill, S. Screen Time: Understanding Generation Z.
  • Schroth, H. (2019). Are you ready for Gen Z in the workplace?. California Management Review61(3), 5-18.

Ditulis oleh: Amanda Teonata, S.Psi.
Desain: Theresia Syani Sutartoputri, Mahasiswa Visual Communication Design Universitas Ciputra angkatan 2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed