Pembagian peran dan tugas dalam rumah tangga: Seberapa penting?

Seiring berkembangnya jaman dan tingginya tuntutan sosial-ekonomi membuat semakin banyak pasangan suami dan istri yang keduanya bekerja. Akibatnya, banyak suami dan istri yang memiliki peran ganda dan merasakan banyaknya hal yang harus mereka kerjakan di tempat kerja maupun saat di rumah, terlebih jika pasangan suami istri telah memiliki anak. Lalu, seberapa penting adanya pembagian peran dan tugas dalam rumah tangga? Bagaimana pembagian peran dan tugas yang efektif bagi suami maupun bagi istri?

Terdapat dua macam pembagian peran yaitu:

  • Tradisional
    Pada peran tradisional, terdapat perbedaan peran dan tugas yang jelas antara suami maupun istri. Fokus dan tugas utama dari suami adalah bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga, sedangkan fokus dan tugas utama dari istri adalah mendukung suami dan mengurus segala urusan rumah tangga termasuk pengasuhan anak. Bagi pandangan tradisional, akan terlihat “aneh” jika suami ikut mengasuh anak dan membersihkan rumah. Begitu pula dengan istri yang akan terlihat “aneh” jika istri bekerja di luar rumah. Keputusan-keputusan terkait rumah tangga akan diatur dan ditentukan oleh suami sementara istri sifatnya mendukung keputusan apapun yang diambil suami.

    Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pembagian peran secara tradisional adalah karena adanya stereotype akan peran laki-laki dan perempuan. Laki-laki dianggap sebagai sosok yang maskulin, kuat dan dominan sehingga dianggap lebih sesuai untuk bekerja dan bertanggung jawab atas semua keputusan dan kebutuhan rumah tangga. Perempuan dianggap sebagai sosok yang feminin, memiliki karakter yang lembut dan penyayang. Dengan karakter ini, perempuan dianggap lebih cocok untuk berada di rumah dan mengasuh anak.
  • Egaliter
    Pada peran egaliter, pembagian peran dan tugas antara suami dan istri bersifat lebih fleksibel. Tidak ada lagi sebuah aturan sosial bahwa suami kurang cocok mengasuh anak dan istri kurang cocok untuk bekerja. Suami dan istri bebas menentukan pembagian peran dan tugas dalam rumah tangga melalui diskusi dan kesepakatan yang diambil bersama-sama. “Berbagi” peran dan tugas adalah kunci utama dari pembagian peran secara egaliter. Suami dan istri boleh menunjukkan bakat dan minat mereka dalam bidang apapun, misalnya ternyata seorang suami memiliki hobby untuk memasak sehingga dalam rumah tangga mereka, memasak adalah tugas suami. Suami dan istri juga dapat saling membantu juga saling mendukung satu sama lain dalam menjalankan peran dan melakukan tugas.

Mana yang lebih bahagia?

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Olson et al. (2011), pasangan yang keduanya (suami dan istri) egaliter lebih bahagia dibandingkan dengan pasangan yang keduanya tradisional. Hal ini terjadi karena pembagian tugas dilakukan berdasarkan minat dan preferensi pribadi bukan berdasarkan tuntutan tradisional. Adanya penyesuaian dari suami dan istri membuat beban dan tugas terasa lebih ringan karena suami dan istri saling mendukung satu sama lain.

Berikut terdapat beberapa tips untuk meningkatkan kualitas relasi dari pembagian peran:

  1. Sadari bahwa pernikahan adalah partnership. Adanya keseimbangan dan keadilan dalam pekerjaan dan pengasuhan anak akan memberi manfaat bagi relasi pernikahan.
  2. Buatlah rencana pembagian peran agar tidak terjebak pada peran tradisional.
  3. Diskusikan harapan dan perasaan mengenai peran dan perubahan yang diinginkan.
  4. Pisahkan gender dari pekerjaan rumah tangga. Bagi tugas rumah tangga berdasarkan minat dan ketrampilan, bukan dari gender
  5. Setelah membagi tugas/peran, jangan perfeksionis dalam menilai pasangan dan terlalu ikut campur saat pasangan melakukan tugasnya.
  6. Bekerja bersama dalam menyelesaikan tugas
  7. Hindari kata ‘membantu’ seolah pasangan kitalah yang bertugas melakukannya
  8. Cek apakah pekerjaan menyita waktu sehingga menciptakan inequality di rumah.
  9. Nyatakan apresiasi pada pasangan.
  10. Fleksibel dan terbuka pada perubahan
Referensi
  • Olson, D.H., DeFrain, J., Skogrand, L. (2011). Marriages and Families: Intimacy, Diversity and Strength. New York: Mc-Graw Hill, hal. 192-218
  • Olson, D.H., Sigg, A. O., Larson, P.J. (2008). The Couple Checkup: Find Your Relationship Strengths. Thomas Nelson, hal. 127-146

Ditulis oleh: Novensia Wongpy, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed